Jenis semut dan kutu daun
tertentu memiliki hubungan yang disebut simbiosis.
Dalam simbiosis, binatang berbeda jenisnya saling
membantu. Kutu daun merupakan serangga kecil yang
bergerak lamban, hidup pada tumbuh-tumbuhan dan
memakan nektar
nektar itu dihisap dari batang pohon dengan mulutnya
yang tajam dan panjang. Sewaktu dicerna, nektar
berubah menjadi bahan manis yang disebut embun madu.
Bahan ini kemudian dikeluarkan oleh kutu melalui organ
yang disebut kornikula. Embun madu ini makanan
kegemaran semut merah, yang memakan sebanyak yang
dapat dihasilkan oleh kutu daun itu. Dengan memelihara
ternak kutu daun, semut memiliki cadangan yang selalu
siap sedia.
Untuk melindungi cadangan embun madunya, semut sangat
memperhatikan kutu daun miliknya. Misalnya, semut
memindahkan kutu itu ke tempat yang banyak nektarnya,
dan apabila wilayah pencarian makanan itu menjadi
terlalu padat, semut akan memindahkan kutu itu ke
wilayah yang lebih longgar. Semut juga menyerang
setiap serangga yang mencoba memakan kutu daun itu,
sekalipun si penyerang mungkin jauh lebih besar
daripada semut itu sendiri.
Ilmuwan belum memperoleh kepastian kapan atau
bagaimana hubungan istimewa ini dimulai. Akan tetapi,
dengan ditemukannya semut serta kutu daun yang telah
menjadi fosil bersama-sama, terbukti bahwa dua jenis
serangga ini telah saling membantu sekurang-kurangnya
sejak 30 juta tahun yang lampau. Kisah semut dan kutu
daun tersebut, menurut Stephen R Covey, disebut
efektivitas, yang merupakan keseimbangan antara
produksi dan kemampuan produksi.
Produksi merupakan hasil yang dinginkan, yaitu embun
madu. Sedangkan kemampuan produksi adalah kemampuan
atau aset yang menghasilkan embun madu, yaitu kutu
daun. Semut berusaha untuk memelihara dan menjaga kutu
daun sebaik-baik, agar kutu daun tersebut tetap
menghasilkan embut madu. Semut melakukan tindakan yang
efektif.
07 Mei 2009
semut dan kutu daun (artikel)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar